Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example 728x250
Sosok

Didik Sagita, Pensiunan yang Setia Membersamai Anak-anak Trenggalek Belajar Musik

×

Didik Sagita, Pensiunan yang Setia Membersamai Anak-anak Trenggalek Belajar Musik

Share this article
Didik Sagita, Pensiunan yang Setia Membersamai Anak-anak Trenggalek Belajar Musik
Sosok Didik Sagita

Suluh Trenggalek – Sebelum pensiun di tahun 2020, Didik Sagita masih setia membersamai anak-anak dan remaja belajar bermain musik. Di salah satu ruangan di rumahnya, Perumahan Sinawang Indah Ngantru, hampir tiap hari ada latihan musik. Anak-anak dan remaja dengan tekun belajar musik pada beliau.

Pada saat masih menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Trenggalek, sosok Pak Didik dikenal sebagai musisi pendopo, terutama saat ia ditempatkan di bagian humas dan protokoler. Beliau sering memainkan organ ketika ada acara musyawarah di pendopo, mengiringi lagu “Indonesia Raya” dan “Padamu Negeri”. Tak jarang yang menyebutnya “Seniman Pendopo”. Bahkan lomba pop singer tiap tahun yang dilaksanakan di Pendopo juga diiringi oleh musik organ yang ia mainkan.

Menurut kesaksian Nurani, mantan komisioner KPU Kabupaten Trenggalek yang baru mengakhiri masa jabatannya pada 13 Juni 2024 lalu, dulu ketika dirinya mewakili sekolah SMA dalam lomba menyanyi pop di tahun 1997, Pak Didik juga sebagai dewan juri karena acara itu. Menurut mantan komisioner yang hobi nyayi ini, acaranya waktu itu bertempat di panggung yang letaknya di halaman Radio RKPD.

“Pak Didik ternyata mengawali kariernya sbagai penyiar radio juga,” tutur Nurani.

Nurani sendiri kemudian mulai akrab dengan Pak Didik pada saat sama-sama menjadi pengurus Dewan Kesenian Trenggalek (DKT) sejak tahun 2017.

“Beliau di Komite musik, dan posisinya memang sebagai PNS di Pemda Trenggalek,” imbuh Nurani.

Semangat kesenian mewarnai kegiatan apa saja karena bagi Pak Didiek seni adalah jalan hidup dan memiliki falsafah yang bisa diterapkan dalam kegiatan apa saja. Pak Didik adalah orang yang berbahagia karena tiap hari ia berkreasi, main musik bersama anak didiknya di sanggar latihan musik di rumahnya. Anak didiknya yang berjumlah 60-an adalah temannya tiap hari sejak sore hari sekitar jam 15.00 hingga pukul 21.00.

Sebagai PNS waktu itu, tiap pagi ia harus berangkat ke kantornya. Kerja di kantor bukanlah beban, dan masih bisa dinikmati. Kadang ia memainkan musik bersama anak buahnya. Sesekali ia melukis di atas kertas. Ternyata ia sudah seringkali melakukan hal semacam itu, melukis lalu memberikannya pada orang yang dilukisanya.

Jika ada acara di Pendopo maka ia harus mempersiapkan acara agar acara berlangsung kidmat, dan berjalan sesuai aturan protokoler, dia sendiri sering mengiringi musik saat acara seeremonial menyanyikan lagu kebangsaan.

Sosok Didik Sagita memiliki sejarah perjalanan hidup yang panjang. Ia kelahiran Malang 60-an tahun yang lalu. Ia tiba di Trenggalek pada pertengahan tahun 1980-an. Ternyata nama aslinya adalah Bagoes Wahyu Budiono.

Ia lahir dari seorang ayah bernama Raden Bagoes Soesilokarto (pensiunan pegawai kantor pembantu gubernur di Malang yang juga seorang pelukis dan komponis) dan seorang ibu bernama Moesanah (pensiunan pegawai kantor agraria Trenggalek).

Pendidikan formal sejak SD, SMP, dan SMA diselesaikan di Malang karena mengikuti tugas dinas ayahnya. Karier Pak Didik dimulai di Malang sejak ia pada tahun 1983 mengikuti diklat dan menjadi instruktur PDP (Pendidikan Dasar Pemuda) II, Pendidikan Masyarakat (Penmas) Malang bekerjasama dengan UNESCO. Ia sempat bertugas di Bengkulu dan di sana dan mengajar praktik kerja bagi pemuda putus sekolah di Bengkulu pada tahun 1983.

Kembali ke Malang ia ingin serius mendalami seni musik karena sejak remaja ia telah bergabung dengan teman-temannya dalam grup band. Karena itulah pada tahun 1984 ia masuk sekolah musik di Bromo Music Malang. Beliau juga ikut diklat Penyiar Radio se-Jawa Timur di Malang setahun kemudian (1985).

Bisa dibayangkan betapa luar biasanya seorang pemuda yang kelak terkenal dengan nama Didiek Sagita ini: ia bermain musik, ia jadi penyiar radio, dan ia juga bekerja di dinas Penmas, juga melukis. Bakatnya melukis juga membuatnya ditugasi sebagai ilustrator buku pelajaran paket Wilayah Malang (Paket A dan B) pada tahun 1982. Ia belajar melukis dari pelukis komik Tegus S Kepanjen Malang.

Didik Sagita, Pensiunan yang Setia Membersamai Anak-anak Trenggalek Belajar Musik
Pak Didik Sagita saat acara di Alun-alun Kabupaten Trenggalek tahun 2016

Sejak remaja berbagai pretasi juga diraihnya. Dan ketika sejak 1985 ia datang di Trenggalek, namanya amat dikenal karena suaranya tiap hari didengar di RKPD Trenggalek karena ia adalah salah satu penyiar yang membawakan berbagai acara. Sejak 1990 ia diangkat sebagai pegawai negeri (PNS) di Pemkab Trenggalek 1990 sampai 2020. Jabatan terakhirnya dipungkasi di bagian Humas dan Protokol.

Sebagai seniman ia selalu terlibat dalam berbagai kegiatan kesenian baik seni lukis, musik, dan lain-lain. Dalam kurun waktu antara 2007-2011 pernah menjadi Juri (sering jadi ketua dewan juri) lomba melukis tingkat SD hingga SMA, mahasiswa dan umum yang pernah diadakan antara lain di Pendopo, Kembang Jawa Motor, Primagama, STKIP PGRI Trenggalek.

Ia juga menjadi ketua Dewan juri festival Rock Band dalam kurun waktu 2002-2003 yang pernah diadakan di Trenggalek Theater dan Gedung Serbaguna. Tiap Lomba Rebana dan Shalawat Kreasi se-Kabupaten Trenggalek dari tahun 2001 hingga sekarang (2012), pak Didiek masih sering jadi dewan juri.

Untuk lagu-lagu promosi wisata dan pop, Pak Didik seringkali jadi ‘arranger’ dan penciptanya. Demikian dalam lomba-lomba musik. Pak Didik pernah menyabet ‘arranger’ terbaik kedua Jawa Timur dalam Festival Band SLTP Se-Jawa Timur oleh SMK 9 Surabaya (2003-2004) dan arranger terbaik ketiga tingkat nasional dalam Festival Band SLTA se-Indonesia (oleh Depdiknas Pusat, 2006).

Kini kebahagiaan Pak Didik semakin lengkap karena ternyata ada yang meneruskan bakat yang dimilikinya. Karena anak pertamanya, Dias Agusta yang menempuh studi di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta jurusan musik yang sekarang juga menjadi musisi muda yang bakat dan prestasinya luar biasa.

Dias pernah tampil di berbagai pentas nasional dengan genre musik utama Jazz yang berkelas itu, sekarang guru di Sekolah Internasional Binus Semarang. Dari seorang istri bernama Siti Nur Asiah, Pak Didik juga punya anak kedua, Ading Agusta—sekarang di Surabaya (guru di Sekolah Internasional Cikal Surabaya).

Tinggal di Perum Sinawang Indah Blok B-16 Ngantru Trenggalek, tiap hari pak Didik mendampingi anak-anak didiknya berlatih seni musik. Sanggar les musik “SOLAMMI MUSIC” itu tampaknya banyak diminati oleh anak-anak Trenggalek yang minatnya untuk bisa bermain musik amatlah besar.

Melalui jalur musik inilah, kiprah Pak Didik di bidang kesenian tampaknya tak akan tertandingi dalam sejarah seni Trenggalek sampai kapanpun. Pak Didik memberi les musik tiap hari Senin- Jumat PK.12.00 sampai 16.00. Sabtu Minggu PK.08.00 sampai 16.00 WIB. Materi les (teori dan praktek) piano, gitar, drum, bass Privat serta band pelajar (SD, SLTP, SLTA).[]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *