Suluh Trenggalek – Penulis (sastrawan) asal Kabupaten Trenggalek mendapatkan anugerah sastra Sutasoma dari Balai Bahasa Jawa Timur. Penganugerahan ini digelar di Gedung Kesenian Cak Durasim Kota Surabaya, Kamis (17/10/2024).
Pada tahun 2024 ini anugerah Sutasoma edisi yang ke-16 diselenggarakan untuk memberikan apresiasi kepada para sastrawan dan seniman bahasa yang telah berkontribusi menjaga dan mengembangkan sastra Indonesia.
St.Sri Emyani yang nama lengkapnya Slamet Sri Mulyani, atau sering disapa dengan Kang Yani, merupakan pria yang berasal dari Kecamatan Panggul, Trenggalek. Ia merupakan manusia langka, Karena terus berjuang untuk ikut lestarikan bahasa daerah, yaitu bahasa jawa.
St.Sri Emyani bahkan dikenal sebagai sosok inspirator bagi para penulis muda dengan slogan yang sering dilontarkan: “Bahasa, sastra dan budaya Jawa, kalau bukan kita siapa?”
Hingga kini Kang Yani tidak hanya menulis buku bahasa Jawa.Ia juga eksis menulis di majalah-majalah dengan bahasa jawa yang kini tinggal beberapa gelintir saja. Seperti ‘Panjebar Semangat’ dan ‘Jaya Baya’ (JB) yang keduanya terbit di Surabaya, Jawa Timur. Juga di ‘Djaka Lodang’ dan ‘Mekar Sari’ yang terbit di Yogyakarta.
Tahun ini, bersama tuju peraih Anugerah Sutasoma lainnya, Ia terpilih menjadi peraih Anugerah Sutasoma kategori karya sastra berbahasa daerah tahun 2024. Ia sangat bersyukur, karena buku sastra karyanya Denga judul “Pusaka” mendapatkan apresiasi dari Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur tahun 2024.
“Syukur alhamdulillah, karya buku sastra jawa yg berjudul PUSAKA itu masih dapat apresiasi dari balai bahasa bahasa jawa timur dengan memberi anugerah Sutasoma di taun 2024 ini,” ujarnya.
Ketua juri sastra Sutasoma Prof. Dr. Joko Saryono menuturkan bahwa karya-karya yang terpilih ini merupakan karya dari semester yang lalu sampai bulan Juni 2024.
Sedangkan Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur Dr. Umi Kulsum, S.S, Hum mengajak untuk menjaga dan melestarikan bahasa-bahasa daerah. Supaya bahasa daerah yang merupakan juga bahasa ibu tidak sampai punah.
“Bahasa daerah-darah tersebut kita yang musti merawatnya. Baik bahasa tutur lesan maupun bahasa daerah berupa buku,” ujarnya.
Ia juga mengucapkan berterimakasih karena telah melestarikan bahasa sastra yang dibukukan. Hal ini karena semakin hari jumlahnya semakin menipis.
“Terima kasih masih ada yang mau melestarikan melalui bahasa sastra yang kemudian dibukukan. Meski jumlahnya makin menipis, bahkan kalau kita tidak menjaga atau merawat, tinggal nunggu waktu untuk punahnya,” ucapnya.
Tujuh peraih Anugerah Sutasoma Tahun 2024:
- Kategori sastrawan: Hidayat Raharja (sastrawan dari Kabupaten Sampang, Madura, telah berkarya lebih dari 30 tahun);
- Kategori karya sastra berbahasa Indonesia: kumpulan puisi Bilangan 60 (penerbit JBS, Yogyakarta, Juli 2024) karya Endang Winarni alias Wina Bojonegoro (sastrawan dari Surabaya);
- Kategori karya sastra berbahasa daerah: kumpulan geguritan Pusaka (penerbit Boenga Ketjil, Jombang, Desember 2024) karya Slamet Sri Mulyani alias St. Sri Emyani (sastrawan Jawa dari Kabupaten Trenggalek dan anggota Sanggar Sastra Triwida);
- Kategori komunitas sastra: Komunitas Sastra Santri Nuris (Pondok Pesantren Nurul Islam, Jember);
- Buku kritik sastra: Catatan Perkembangan Sastra Indonesia (penerbit Deepublish, Yogyakarta, 2024) karya Endah Imawati (jurnalis dan dosen);
- Kategori guru Bahasa dan Sastra Indonesia: Heru Waluyo alias Heru Patria (UPT SD Negeri 03 Beru, Wlingi, Blitar);
- Kategori guru Bahasa dan Sastra Daerah: Astrid Wangsagirindra Pudjastawa (SMA Negeri 2 Malang).
