Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example 728x250
BeritaLokal Wisdom

Para Perempuan Margomulyo Watulimo Pilih Panjat Cengkihnya Sendiri, Ini Alasannya…

×

Para Perempuan Margomulyo Watulimo Pilih Panjat Cengkihnya Sendiri, Ini Alasannya…

Share this article
Para Perempuan Margomulyo Watulimo Pilih Panjat Cengkihnya Sendiri, Ini Alasannya...
Para perempuan tangguh dari Desa Margomulyo yang sedang memetik cengkih di pohon dengan menggunakan tangga bambu-Dok. Istimewa

Suluh TrenggalekSiapa sangka, ternyata para pemanjat pohon cengkih yang saat ini sedang musim panen bukan hanya kaum laki-laki saja. Para perempuan di area Kecamatan Watulimo juga ada berani memanjat sendiri pohon cengkihnya.

Salah satu perempuan yang memanjat pohon cengkihnya sendiri adalah Sulistyowati (44), yang tinggal di Desa Margomulyo. Ia memanjat pohon cengkihnya karena sudah biasa melakukannya setiap musim cengkih.

Selain itu, ia merasa bisa memetik sendiri cengkihnya yang berada di kawasan hutan yang sekarang sudah bisa ditempuh lewat JLS. Kebunnya berada di sebelah Tumpak Ontang, sebuah bukit yang cukup terkenal di kawan JLS di jalur Prigi menuju Tulungagung.

Dengan memetik cengkihnya sendiri, perempuan yang punya anak dua ini juga merasa tidak perlu mengeluarkan biaya untuk menyewa pemanjat dan pemetik cengkih yang per orang biayanya dalam kisaran Rp 150.000 hingga Rp 200.000. Ia memilih memetik sendiri cengkihnya karena jumlah panenannya juga tak terlalu banyak.

“Jadi bisa saya lakukan sendiri agar hasilnya tak terpotong biaya jasa tukang petik cengkih,” tuturnya.

Pada Suluhtrenggalek.com, Sulis menceritakan bahwa seperti hari Senin kemarin (29/07/2024), ia mendapatkan hasil petikan seberat 15 kilogram. Ia mulai memetik cengkihnya mulai 9 pagi hingga pukul 4 sore.

Hari Selasa, (30/08), ia juga memetik cengkih lagi. Suaminya tidak membantu naik memanjat dengan sarana tangga bambu, tetapi memetik buah-buahan dan hasil tanaman lain di kebunnya.

“Tangga bambu yang kami punya kebetulan terlalu kecil untuk suami yang badannya terlalu berat, takutnya tak kuat tangganya, takut patah,” jelas Sulis.

Alasan yang sama juga disampaikan oleh seorang perempuan pemilik pohon cengkih lain yang memanjat sendiri pohon cengkihnya yang berada di kawasan lereng Gunung Kumbokarno. Vevi Winarsih (41) namanya, warga Desa Margomulyo yang mempunyai kebun dengan jumlah pohon cengkeh sekitar 60 batang ini dibantu suaminya.

“Selain saya sendiri yang memanjat dan memetik, juga dibatu suami,” tegasnya.

Ada lagi Suratmi (47), warga Dukuh Krobyak RT 09 Desa Margomulyo ini punya pohon cengkih di area hutan sekitar Pantai Genjor. Ia mengaku bahwa sudah empat tahun ini menjadi pemetik cengkih di wilayah tersebut.

“Daripada membayar tukang panjat, uangnya bisa digunakan untuk mbayar SPP anak saya yang di pondok, makanya saya panjat sendiri”, tuturnya.

Nasibnya sama dengan Sulis. Hari ini ia memetik cengkihnya sebagai seorang perempuan sendiri. Suaminya hanya membantu memasangkan tangga bambu (ondo) yang memang butuh perlakuan tidak seperti tangga berkaki dua. Tangga yang hanya terdiri satu bambu dengan tempat pijakan yang diselipkan dibatang bambu itu butuh ditalikan di tiga arah.

Meski memetik sendiri, Suratmi mendapatkan hasil petikan sebanyak 18 kilogram lebih 4 ons. Ia mengatakan bahwa cengkih petikannya setelah dipisah dari gagangnya langsung dijual ke pedagang. Menurutnya, harga cengkeh hari ini Rp 27.000 per kilogramnya.

Alhamdulillah langsung cair,” katanya sambil menunjukkan uang hasil menjual cengkeh di Mbak Prih tetangganya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *